Minggu, 31 Maret 2013

analisis laporan keuangan


Analisa Laporan Keuangan terdiri dari dua kata Analisa dan Laporan Keuangan. Untuk menjelaskan pengertian kata ini maka kita dapat menjelaskannya dari arti masing-masing kata. Kata analisa adalah memecahkan atau menguraikan sesuatu unit menjadi berbagai unit terkecil. Sedangkan laporan keuangan adalah Neraca, Laba/Rugi, dan Arus Kas (Dana). Kalau dua pengertian ini digabungkan maka analisa laporan keuangan berarti:
Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data nonkuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Sofian Syafri Harahap, 1998:190).

Pengertian analisis laporan keuangan (financial statement analysis) menurut Soemarso (2006:430), adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena.
Menganalisis laporan keuangan, berarti melakukan suatu proses untuk membedah laporan keuangan ke dalam unsur-unsurnya, menelaah masing-masing unsur tersebut, dan menelaah hubungan antara unsur-unsur tersebut dengan tujuan untuk memperoleh pengertian dan pemahaman yang baik dan tepat atas laporan keuangan tersebut (Dwi Prastowo, 2002:52).
Untuk membantu pembaca dalam menafsirkan data bisnis, laporan keuangan biasanya disajikan dalam bentuk komparatif. Laporan komparatif adalah laporan keuangan yang disajikan berdampingan untuk dua tahun atau lebih (Simamora, 2003:515). Melalui laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktiva, hasil usaha/ pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta nilai-nilai buku tiap lembar saham perusahaan yang bersangkutan.
Rumusnya:
1. RASIO LIKUIDITAS
Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban financial jangka pendek.  Rasio likuiditas dapat dihitung berdasarkan informasi modal kerja pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.  Beberapa jenis rasio likuiditas dan rumus perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut :
Current Ratio
Current ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang dimilikinya. Rumus untuk menghitung current rasio adalah sebagai berikut :
Current Ratio = Aktiva Lancar / Kewajiban Lancar
Cash Ratio atau Ratio of Immediate Solvency
Cash Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets). Rumusannya adalah sebagai berikut :
Cash Ratio = (Kas + Efek )/Kewajiban Lancar
Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Quick Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar yang lebih liquid (liquid assets), rumus quick ratio adalah sebagai berikut :
Quick Ratio = (Kas + Efek + Piutang)/Kewajiban Lancar
Working Capital to Total Assets Ratio
Working Capital to Total Assets Ratio dipergunakan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto). Rumusnya sebagai berikut :
Working Capital Ratio = (Aktiva Lancar + Kewajiban Lancar)/Jumlah Aktiva
2.  RASIO LEVERAGE
Rasio Leverage (Rasio Hutang), rasio ini digunakan untuk untuk “>mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak luar.  Data yang dipergunakan untuk analisis leverage adalah Neraca dan Laporan Laba Rugi. Rasio Leverage diantaranya adalah :
Total Debt to Equity Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian  modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut :
TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah Modal Sendiri
Total Debt To Total Capital Assets
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :
TD Capital Assets = (Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva
Long Term Debt to Equity Ratio
Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
LTD Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri
Tangible Assets Debt Coverage
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :
TAD Coverage =( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)/Hutang Jangka Panjang
Times Interest Earned Ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur besar jaminan keuntungan yang digunakan untuk membayar bunga hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut :
Times Interest Earned Ratio = EBIT /Bunga Hutang Jangka Panjang
3.  RASIO AKTIVITAS
Rasio Efetivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumberdaya yang dimiliki.  Rasio Aktivitas diantaranya adalah :
Total Assets Turnover
Total Assets Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva yang berputar pada suatu periode atau kemampuan modal yang diinvesasikan untuk menghasilkan “revenue”. Rumusnya sebagai berikut :
Total Assets Turnover = Penjualan Bersih/Total Aktiva
Receivable Turnover
Receivable Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam mengelola dana yang tertanam dalam piutang yang berputar pada suatu periode tertentu.  Rumusnya sebagai berikut :
Receivable Turnover = Penjualan Kredit / Piutang Rata-rata
Average Collection Period
Average Collection Period digunakan untuk mengukur periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang (dalam satuan hari). Jika menghasilkan angka yang semakin kecil menunjukan hasil yang semakin baik.  Rumusnya adalah sebagai berikut :
Average Collection Period = (Piutang Rata-rata x 360)/Penjualan Kredit
Inventory Turnover
Inventory Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan yang berputar pada suatu periode tertentu, atau likuiditas dari persediaan dan tendensi adanya “overstock”. Rumusnya sebagai berikut :
Inventory Turnover = Harga Pokok Penjualan / Persediaan Rata-rata
Average Day’s Inventory
Average Day’s Inventory digunakan untuk mengukur periode (hari) rata-rata persediaan barang dagangan berada di gudang perusahaan. Rumusnya sebagai berikut :
Average Day’s Inventory = (Persediaan Rata-rata x 360 )/Harga Pokok Penjualan
Working Capital Turnover
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan, dihitung dengan rumus berikut :
Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)
4. RASIO PROFITABILITAS
Rasio Profitabilitas atau Rasio Keuntungan mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, aktiva maupun laba dan modal sendiri.  Rasio Profitabilitas atau disebut juga dengan istilah Rentabilitas diantaranya adalah :
Gross Profit Margin
Gross Profit Margin digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan, dihitung dengan rumus berikut :
Gross Profit Margin = (Penjualan Bersih – HPP) / Penjualan Bersih
Operating Income Ratio atau Operating Profit Margin
Dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan. Rumusnya adalah sebagai berikut :
OIR = (Penjualan Bersih – HPP – Biaya2)/Penjualan Bersih
Operating Ratio
Operating Ratio digunakan untuk mengukur biaya operasi per rupiah penjualan, semakin kecil angka rasio menunjukan kinerja yang semakin baik.  Rumusnya sebagai berikut :
Operating Ratio = (HPP + By Adm.Penjualan & Umum)/Penjualan Bersih
Net Profit Margin atau Sales Margin
Net Profit Margin atau Sales Margin digunakan untuk mengukur keuntungan netto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukan kinerja yang semakin baik, rumusnya sebagai berikut :
Net Profit Margin = Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)/Penjualan Bersih
Earning Power Of Total Investment
Digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola modal perusahaan yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor (pemegang obligasi + saham). Rumusnya sebagai berikut :
Earning Power Of Total Investment = EBIT / Jumlah Aktiva
Net Earning Power Ratio atau Rate Of Return On Investment (ROI)
ROI digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih.  Rumusnya sbb :
ROI = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Aktiva
Rate Of Return for Owners atau Rate of Return on Net Worth
Digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham preferen dan saham biasa. Rumusnya adalah :
Rate of Return For Owners = Laba Bersih Setelah Pajak / Jumlah Modal Sendiri
Definition of 'Return On Equity - ROE'
The amount of net income returned as a percentage of shareholders equity. Return on equity measures a corporation's profitability by revealing how much profit a company generates with the money shareholders have invested.

ROE is expressed as a percentage and calculated as:

Return on Equity = Net Income/Shareholder's Equity

Net income is for the full fiscal year (before dividends paid to common stock holders but after dividends to preferred stock.) Shareholder's equity does not include preferred shares.

Also known as "return on net worth" (RONW).

Read more: http://www.investopedia.com/terms/r/returnonequity.asp#ixzz1rFcuy5AU
d. Return on Equity (Pengembalian atas Ekuitas)
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan bagi seluruh pemegang saham, baik saham biasa maupun saham preferen. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu :
Return on Equity = Laba Setelah Pajak
Ekuitas Pemegang Saham

Cash turn over
Menurut James O. Gill, rasio ini berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupanmodal kerja perusahaan yang dibutuhkan untuk membayar tagihan dan membiayaipenjualan. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untukmembayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.
Hasil perhitungan rasio perputaran kas dapat diartikan sebagai berikut ;
1.apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, ketidakmampuan perusahaan dalammembayar tagihan.
2.sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah, dapat diartikan kas yang tertanampada aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan harusbekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Rasio perputaran kas = penjualan bersih : modal kerja bersih


Working Capital Turnover
Working Capital Turnover digunakan untuk mengukur kemampuan modal kerja (netto) yang berputar pada suatu periode siklus kas (cash cycle) yang terdapat diperusahaan, dihitung dengan rumus berikut :
Working Capital Turnover = Penjualan Bersih / (Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar)
FORMULA OF FIXED ASSETS TURNOVER RATIO:

Fixed assets turnover ratio turnover ratio is calculated by the following formula:
Fixed Assets Turnover Ratio = Cost of Sales / Net Fixed Assets

Sales to Inventory Ratio
Defined: Sales to Inventory ratio lets you know how well your inventory is producing sales. For the retail industry, the average ratio is 1.0 to 1.2
Computed: The Sales to Inventory Ratio is calculated by a two step process. The first step is to calculate the average monthly inventory. The average monthly inventory is calculated by taking the total of the end of the month inventory for each of the past 12 months and divide that number by 12.

The second step is to take the net annual sales of your business and divide that number by the average monthly inventory (shown at cost). The answer is your sales to inventory ratio.